Larangan Tidak Tertegur Sapa Selama 3 hari Dalam Islam

18:27 0
Salah satu diantara prinsip yang diajarkan dan ditekankan dalam islam adalah menjaga persaudaraan sesama muslim. Karena itu, Allah memotivasi agar kaum muslimin berupaya menjadikan muslim yang lain sebagaimana layaknya saudara.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ

“Sesungguhnya hanya kaum muslimin yang bersaudara. Karena itu, berupayalah memperbaiki hubungan antara kedua saudara kalian..” (QS. Al-Hujurat: 10).

Bahkan Allah ingatkan, diantara nikmat besar yang Allah berikan kepada para sahabat adalah Allah jadikan mereka saling mengasihi, saling mencintai, padahal sebelumnya mereka saling bermusuhan,

وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, kemudian Allah mempersatukan hatimu, lalu jadilah kalian orang-orang yang bersaudara, karena nikmat Allah. (QS. Ali imran: 103).

Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan hubungan persaudaraan antara sesama muslim, ibarat satu jasad. Jika ada yang sakit, yang lain turut merasakannya,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اثْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمى

“Perumpamaan kaum mukminin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka adalah bagaikan satu jasad, apabila satu anggota tubuh sakit maka seluruh badan akan susah tidur dan terasa panas.” (HR. Muslim 2586).

Akan tetapi, membangun suasana persadauraan semacam yang diajarkan islam, lebih sulit ketimbang memindahkan gunung. Setan selalu berupaya memicu terjadinya permusuhan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ فِي جَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَلَكِنْ فِي التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ

“Setan (Iblis) telah putus asa untuk disembah oleh orang yang rajin shalat di Jazirah Arab. Namun dia selalu berusaha untuk memicu permusuhan dan kebencian.” (HR. Muslim 2812 dan Ibn Hibban 5941).

Ketika Iblis melihat kemajuan islam di akhir dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia sudah putus asa, tidak mungkin kaum muslimin akan menyembahnya (melakukan syirik) di jazirah arab. Karena mereka menjadi generasi yang sangat kuat imannya. Tapi setan tidak tinggal diam, dia berupaya untuk memicu munculnya permusuhan diantara mereka.

Karena itu, sikap saling mendzalimi tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Sikap saling mendzalimi telah menyatu dan menjadi warna hidup manusia. Namun, islam tidak membiarkannya. Islam menekan agar seminimal mungkin semacam ini bisa terjadi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ

“Tidak halal bagi seorang muslim untuk memboikot (tidak menyapa) saudaranya lebih dari 3 hari.” (HR. Bukhari 6237 dan Muslim 2560).

Anda bisa perhatikan hadis di atas,

Islam tidak melarang umatnya untuk membenci muslim yang lain secara mutlak. Karena setiap muslim yang merasa telah didzalimi orang lain, dia pasti akan membencinya. Dan tidak bisa serta merta memaafkannya. Untuk itu, islam memberikan batas toleransi selama 3 hari. Toleransi bagi gejolak emosi yang itu menjadi tabiat manusia.

Sumber: konsultasisyariahcom

KH Maimoen Zubair Angkat Bicara. Kontroversi Ahok

18:20 0
KH Maimoen Zubair, Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar, Sarang, Rembang.
– Kontroversi pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok tentang Surat Almaidah ayat 51, membuat Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar Rembang KH Maimoen Zubair Angkat Bicara. Mbah Maimoen meminta seluruh umat muslim untuk tenang dan meredam amarah.

Apalagi menurut ulama kharismatik tersebut, Ahok sudah meminta maaf secara terbuka di hadapan publik. Pihaknya pun meminta agar umat Islam tak lagi terpecah belah dan membesar-besarkan masalah ini.

“Dia (Ahok) itu kan sudah meminta maaf, maka jangan dibesar-besarkan. Sehingga bila amarah dapat diredam maka persatuan juga bisa dijaga,” katanya.

Menurut dia, terkait polemik Surat Al Maidah tersebut menurut dia, bahwa itu diserahkan ke pribadi masing-masing pemilih. Menurut dia, jika umat Islam di Jakarta tak ingin memilih Ahok karena alasan agama, tidak perlu dibesar-besarkan sehingga memicu isu SARA.

“Kalau menurut saya, bila mereka (Islam) tidak suka memilih ya tidak usah dipilih saja. Namun permasalahan itu jangan dibesarbesarkan,” ujarnya.

Menurut dia, Ahok merupakan warga keturunan Tionghoa dari Bangka Belitung. Di daerah itu menurut dia, juga banyak warga Tionghoa yang memeluk agama Islam. Dia itu orang China Bangka Belitung, di sana (Bangka Belitung) juga ada orang Islam China,” ujarnya.

Di Jawa Tengah menurut dia, juga ada masjid yang bercorak Bangka Belitung. Satu-satunya masjid tersebut berada di wilayah Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang.

“Di Sarang masjid saya itu satu-satunya masjid yang berkhaskan Belitung. Oleh sebab itu, perbedaan itu jangan dibesar-besarkan. Sehingga kita bisa hidup rukun. Yang penting kita umat Islam itu habluminallah harus dikuatkan, dan habluminannas harus selalu dijaga dengan baik,” harapnya.

Sumber: koranmuria.com

American Muslim History

11:54 0
Amerika Negeri Muslim 16 banishingtheindians images
Penjelajah Muslim Lebih Dulu Injak Amerika Daripada Colombus
Christopher Columbus menyebut Amerika sebagai ‘The New World’ ketika pertama kali menginjakkan kakinya di benua itu pada 21 Oktober 1492. Namun, bagi umat Islam di era keemasan, Amerika bukanlah sebuah ‘Dunia Baru’. Sebab, 603 tahun sebelum penjelajah Spanyol itu menemukan benua itu, para penjelajah Muslim dari Afrika Barat telah membangun peradaban di Amerika. Klaim sejarah Barat yang menyatakan Columbus sebagai penemu benua Amerika akhirnya terpatahkan. Sederet sejarawan menemukan fakta bahwa para penjelajah Muslim telah menginjakkan kaki dan menyebarkan Islam di benua itu lebih dari setengah milenium sebelum Columbus.
Secara historis umat Islam telah memberi kontribusi dalam ilmu pengetahuan, seni, serta kemanusiaan di benua Amerika.
”Tak perlu diragukan lagi, secara historis kaum Muslimin telah memberi pengaruh dalam evolusi masyarakat Amerika beberapa abad sebelum Christopher Columbus menemukannya,” tutur Fareed H Numan dalam American Muslim History A Chronological Observation. Sejarah mencatat Muslim dari Afrika telah menjalin hubungan dengan penduduk asli benua Amerika, jauh sebelum Columbus tiba.
Jika Anda mengunjungi Washington DC, datanglah ke Perpustakaan Kongres (Library of Congress). Lantas, mintalah arsip perjanjian pemerintah Amerika Serikat dengan suku Cherokee, salah satu suku Indian, tahun 1787. Di sana akan ditemukan tanda tangan Kepala Suku Cherokee saat itu, bernama AbdeKhak dan Muhammad Ibnu Abdullah.
Isi perjanjian itu antara lain adalah hak suku Cherokee untuk melangsungkan keberadaannya dalam perdagangan, perkapalan, dan bentuk pemerintahan suku cherokee yang saat itu berdasarkan hukum Islam.
Lebih lanjut, akan ditemukan kebiasaan berpakaian suku Cherokee yang menutup aurat sedangkan kaum laki-lakinya memakai turban (surban) dan terusan hingga sebatas lutut.
Cara berpakaian ini dapat ditemukan dalam foto atau lukisan suku cherokee yang diambil gambarnya sebelum tahun 1832. Kepala suku terakhir Cherokee sebelum akhirnya benar-benar punah dari daratan Amerika adalah seorang Muslim bernama Ramadan Ibnu Wati.
Berbicara tentang suku Cherokee, tidak bisa lepas dari Sequoyah. Ia adalah orang asli suku cherokee yang berpendidikan dan menghidupkan kembali Syllabary suku mereka pada 1821. Syllabary adalah semacam aksara. Jika kita sekarang mengenal abjad A sampai Z, maka suku Cherokee memiliki aksara sendiri.
Yang membuatnya sangat luar biasa adalah aksara yang dihidupkan kembali oleh Sequoyah ini mirip sekali dengan aksara Arab. Bahkan, beberapa tulisan masyarakat cherokee abad ke-7 yang ditemukan terpahat pada bebatuan di Nevada sangat mirip dengan kata ”Muhammad” dalam bahasa Arab.
Nama-nama suku Indian dan kepala sukunya yang berasal dari bahasa Arab tidak hanya ditemukan pada suku Cherokee (Shar-kee), tapi juga Anasazi, Apache, Arawak, Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu, dan Zuni.
Bahkan, beberapa kepala suku Indian juga mengenakan tutp kepala khas orang Islam. Mereka adalah Kepala Suku Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago, dan Yuchi. Hal ini ditunjukkan pada foto-foto tahun 1835 dan 1870.
Secara umum, suku-suku Indian di Amerika juga percaya adanya Tuhan yang menguasai alam semesta. Tuhan itu tidak teraba oleh panca indera. Mereka juga meyakini, tugas utama manusia yang diciptakan Tuhan adalah untuk memuja dan menyembah-Nya.
Seperti penuturan seorang Kepala Suku Ohiyesa : ”In the life of the Indian, there was only inevitable duty-the duty of prayer-the daily recognition of the Unseen and the Eternal”. Bukankah Al-Qur’an juga memberitakan bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin semata-mata untuk beribadah pada Allah
Bagaimana bisa Kepala suku Indian Cheeroke itu muslim?
Sejarahnya panjang, Semangat orang-orang Islam dan Cina saat itu untuk mengenal lebih jauh planet (tentunya saat itu nama planet belum terdengar) tempat tinggalnya selain untuk melebarkan pengaruh, mencari jalur perdagangan baru dan tentu saja memperluas dakwah Islam mendorong beberapa pemberani di antara mereka untuk melintasi area yang masih dianggap gelap dalam peta-peta mereka saat itu.
Beberapa nama tetap begitu kesohor sampai saat ini bahkan hampir semua orang pernah mendengarnya sebut saja Tjeng Ho dan Ibnu Batutta, namun beberapa lagi hampir-hampir tidak terdengar dan hanya tercatat pada buku-buku akademis.
Para ahli geografi dan intelektual dari kalangan muslim yang mencatat perjalanan ke benua Amerika itu adalah Abul-Hassan Ali Ibn Al Hussain Al Masudi (meninggal tahun 957), Al Idrisi (meninggal tahun 1166), Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) dan Ibn Battuta (meninggal tahun 1369).
Menurut catatan ahli sejarah dan ahli geografi muslim Al Masudi (871 – 957), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad seorang navigator muslim dari Cordoba di Andalusia, telah sampai ke benua Amerika pada tahun 889 Masehi.
Dalam bukunya, ‘Muruj Adh-dhahab wa Maadin al-Jawhar’ (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels), Al Masudi melaporkan bahwa semasa pemerintahan Khalifah Spanyol Abdullah Ibn Muhammad (888 – 912), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad berlayar dari Delba (Palos) pada tahun 889, menyeberangi Lautan Atlantik, hingga mencapai wilayah yang belum dikenal yang disebutnya Ard Majhoola, dan kemudian kembali dengan membawa berbagai harta yang menakjubkan.
Sesudah itu banyak pelayaran yang dilakukan mengunjungi daratan di seberang Lautan Atlantik, yang gelap dan berkabut itu. Al Masudi juga menulis buku ‘Akhbar Az Zaman’ yang memuat bahan-bahan sejarah dari pengembaraan para pedagang ke Afrika dan Asia.
Dr. Youssef Mroueh juga menulis bahwa selama pemerintahan Khalifah Abdul Rahman III (tahun 929-961) dari dinasti Umayah, tercatat adanya orang-orang Islam dari Afrika yang berlayar juga dari pelabuhan Delba (Palos) di Spanyol ke barat menuju ke lautan lepas yang gelap dan berkabut, Lautan Atlantik. Mereka berhasil kembali dengan membawa barang-barang bernilai yang diperolehnya dari tanah yang asing.
Beliau juga menuliskan menurut catatan ahli sejarah Abu Bakr Ibn Umar Al-Gutiyya bahwa pada masa pemerintahan Khalifah Spanyol, Hisham II (976-1009) seorang navigator dari Granada bernama Ibn Farrukh tercatat meninggalkan pelabuhan Kadesh pada bulan Februari tahun 999 melintasi Lautan Atlantik dan mendarat di Gando (Kepulaun Canary).
Ibn Farrukh berkunjung kepada Raja Guanariga dan kemudian melanjutkan ke barat hingga melihat dua pulau dan menamakannya Capraria dan Pluitana. Ibn Farrukh kembali ke Spanyol pada bulan Mei 999.
Perlayaran melintasi Lautan Atlantik dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berlepas dari Tarfay di Maroko pada zaman Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286 – 1307) raja keenam dalam dinasti Marinid.
Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Karibia pada tahun 1291. Menurut Dr. Morueh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam.
Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) memerinci eksplorasi geografi ini dengan seksama.
Timbuktu yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu.
Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285 – 1312), saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312 – 1337), yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri sungai Mississippi.
Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab.
Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun 1517. Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara cukup akurat.
Pengaruh Islam di Benua Amerika
Sekali-kali cobalah Anda membuka peta Amerika. Telitilah nama tempat yang ada di Negeri Paman Sam itu. Sebagai umat Islam, pastilah Anda akan dibuat terkejut.  Apa pasal? Ternyata begitu banyak nama tempat dan kota yang menggunakan kata-kata yang berakar dan berasal dari bahasa umat Islam, yakni bahasa Arab.
Tak percaya? Cobalah wilayah Los Angeles. Di daerah itu ternyata terdapat nama-nama kawasan yang berasal dari pengaruh umat Islam. Sebut saja, ada kawasan bernama Alhambra. Bukankah Alhambra adalah nama istana yang dibangun peradaban Islam di Cordoba?
Selain itu juga ada nama teluk yang dinamai El Morro serta Alamitos. Tak cuma itu, ada pula nama tempat seperti; Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Alcazar, Alameda, Alomar, Almansor, Almar, Alva, Amber, Azure, dan La Habra.
Setelah itu, mari kita bergeser ke bagian tengah Amerika. Mulai dari selatan hingga Illinois juga terdapat nama-nama kota yang bernuansa Islami seperti; Albany, Andalusia, Attalla, Lebanon, dan Tullahoma. Malah, di negara bagian Washington terdapat nama kota Salem.
Pengaruh Islam lainnya pada penamaan tempat atau wilayah di Amerika juga sangat kental terasa pada penamaan Karibia (berasal dari bahasa Arab). Di kawasan Amerika Tengah, misalnya, terdapat nama wilayah Jamaika dan Kuba. Muncul pertanyaan, apakah nama Kuba itu berawal dan berakar dari kata Quba – masjid pertama yang dibangun Rasulullah adalah Masjid Quba. Negara Kuba beribu kota La Habana (Havana).
Di benua Amerika pun terdapat sederet nama pula yang berakar dari bahasa Peradaban Islam seperti pulau Grenada, Barbados, Bahama, serta Nassau. Di kawasan Amerika Selatan terdapat nama kota-kota Cordoba (di Argentina), Alcantara (di Brazil), Bahia (di Brazil dan Argentina). Ada pula nama pegunungan Absarooka yang terletak di pantai barat.
Menurut Dr A Zahoor, nama negara bagian seperti Alabama berasal dari kata Allah bamya. Sedangkan Arkansas berasal dari kata Arkan-Sah. Sedangkan Tennesse dari kata Tanasuh. Selain itu, ada pula nama tempat di Amerika yang menggunakan nama-nama kota suci Islam, seperti Mecca di Indiana, Medina di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota, Medina di Ohio, Medina di Tennessee, serta Medina di Texas. Begitulah peradaban Islam turut mewarnai di benua Amerika.
Fakta Eksistensi Islam di Amerika
Tahun 999 M: Sejarawan Muslim Abu Bakar Ibnu Umar Al-Guttiya mengisahkan pada masa kekuasaan Khalifah Muslm Spanyol bernama Hisham II (976 M -1009 M), seorang navigator Muslim bernama Ibnu Farrukh telah berlayar dari Kadesh pada bulan Februari 999 M menuju Atlantik. Dia berlabuh di Gando atau Kepulauan Canary Raya. Ibnu Farrukh mengunjungi Raja Guanariga. Sang penjelajah Muslim itu memberi nama dua pulau yakni Capraria dan Pluitana. Ibnu Farrukh kembali ke Spanyol pada Mei 999 M.
Tahun 1178 M: Sebuah dokumen Cina yang bernama Dokumen Sung mencatat perjalanan pelaut Muslim ke sebuah wilayah bernama Mu-Lan-Pi (Amerika). Tahun 1310 M: Abu Bakari seorang raja Muslim dari Kerajaan Mali melakukan serangkaian perjalanan ke negara baru. Tahun 1312 M: Seorang Muslim dari Afrika (Mandiga) tiba di Teluk Meksiko untuk mengeksplorasi Amerika menggunakan Sungai Mississipi sebagai jalur utama perjalanannya.
Tahun 1530 M: Budak dari Afrika tiba di Amerika. Selama masa perbudakan lebih dari 10 juta orang Afrika dijual ke Amerika. Kebanyakan budak itu berasal dari Fulas, Fula Jallon, Fula Toro, dan Massiona – kawasan Asia Barat. 30 persen dari jumlah budak dari Afrika itu beragama Islam.
Tahun 1539 M: Estevanico of Azamor, seorang Muslim dari Maroko, mendarat di tanah Florida. Tak kurang dari dua negara bagian yakni Arizona dan New Mexico berutang pada Muslim dari Maroko ini. Tahun 1732 M: Ayyub bin Sulaiman Jallon, seorang budak Muslim di Maryland, dibebaskan oleh James Oglethorpe, pendiri Georgia. Tahun 1790 M: Bangsa Moor dari Spanyol dilaporkan sudah tinggal di South Carolina dan Florida.
Sequoyah, also known as George Gist Bukti lainnya adalah, Columbus sendiri mengetahui bahwa orang-orang Carib (Karibia) adalah pengikut Nabi Muhammad. Dia faham bahwa orang-orang Islam telah berada di sana terutama orang-orang dari Pantai Barat Afrika.
Mereka mendiami Karibia, Amerika Utara dan Selatan. Namun tidak seperti Columbus yang ingin menguasai dan memperbudak rakyat Amerika. Orang-Orang Islam datang untuk berdagang dan bahkan beberapa menikahi orang-orang pribumi.
Sejarawan Ivan Van Sertima dalam karyanya They Came Before Columbus membuktikan adanya kontak antara Muslim Afrika dengan orang Amerika asli. Dalam karyanya yang lain, African Presence in Early America, Van Sertima, menemukan fakta bahwa para pedagang Muslim dari Arab juga sangat aktif berniaga dengan masyarakat yang tinggal di Amerika.
Van Sertima juga menuturkan, saat menginjakkan kaki di benua Amerika, Columbus pun mengungkapkan kekagumannya kepada orang Karibian yang sudah beragama Islam. “Columbus juga tahun bahwa Muslim dari pantai Barat Afrika telah tinggal lebih dulu di Karibia, Amerika Tengah, Selatan, dan Utara,” papar Van Sertima. Umat Islam yang awalnya berdagang telah membangun komunitas di wilayah itu dengan menikahi penduduk asli.
Menurut Van Sertima, Columbus pun mengaku melihat sebuah masjid saat berlayar melalui Gibara di Pantai Kuba. Selain itu, penjelajah berkebangsaan Spanyol itu juga telah menyaksikan bangunan masjid berdiri megah di Kuba, Meksiko, Texas, serta Nevada. Itulah bukti nyata bahwa Islam telah menyemai peradabannya di benua Amerika jauh sebelum Barat tiba.
Lebih lanjut Columbus mengakui pada 21 Oktober 1492 dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba melihat sebuah masjid (berdiri di atas bukit dengan indahnya menurut sumber tulisan lain). Sampai saat ini sisa-sisa reruntuhan masjid telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Dan tahukah anda? 2 orang nahkoda kapal yang dipimpin oleh Columbus kapten kapal Pinta dan Nina adalah orang-orang muslim yaitu dua bersaudara Martin Alonso Pinzon dan Vicente Yanex Pinzon yang masih keluarga dari Sultan Maroko Abuzayan Muhammad III (1362)
sumber:wilkipedia

Keistimewaan Lalat Berdasarkan Hadits Dan Sains

10:00 0

Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah

Pertanyaan:
Pertanyaan beliau yang lain. Penanya bertanya tentang hukum lalat yang jatuh di bejana. Kami mengharap penjelasan seberapa besar derajat keshahihan hadis ini.
Secara makna di dalamnya disebutkan jika ada lalat terjatuh di dalam makanan salah seorang diantara kalian hendaknya ia mencelupkan ke dalamnya. Karena di salah satu sayapnya terdapat  penyakit dan di sayap yang lain terdapat obatnya. Atau secara makna demikian. Dimana sebagian ustadz menolak kesahihan hadis ini. Kami mengharapkan penjelasan. Waffaqakumullah.

Jawaban:
Hadis ini diriwayatkan Al Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwasanya Nabi shallallahu’alaihi wasallam pernah bersabda

إذا وقع الذباب في شراب أحدكم فليغمسه، فإن في أحد جناحيه داءً وفي الآخر دواء

“Jika seekor lalat terjatuh di dalam minuman kalian maka celupkan ke dalamnya. Karena sesungguhnya di salah satu dari kedua sayapnya terdapat penyakit dan sayap yang lain terdapat obatnya.”

Sementara dalam riwayat Abu Dawud, beliau menambahkan lafadz,

وإنه يتقي بجناحه الذي فيه الداء

“Sesungguhnya sayap yang ada obat tersebut mencegah sayap yang ada penyakit.”

Ini adalah hadis shahih. Tidak ada alasan menolak keshahihannya setelah ditetapkan di dalam Shahih Bukhari. Keterbatasan pengamatan sebagian orang untuk mengetahui hikmah yang terdapat dalam hadis tidaklah menunjukkan bahwa hadis ini tidak shahih dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam.
Inilah kaidah yang harus diketahui setiap orang.

Tatkala seseorang memiliki keterbatasan dalam memahami hikmah dari hukum-hukum syariat hendaknya ia tuduh dirinya sendiri (yang banyak kekurangan) bukan malah menuduh dalil syariat (dengan mengatakan hadis tersebut lemah, palsu dll-pen).
Karena nash (dalil-dalil) syariat bersumber dari Dzat yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengenal.

Mereka yang mencela kandungan hadis ini disebabkan kurangnya kesalehan mereka serta sedikitnya ilmu yang ada pada diri mereka.
Jika tidak demikian karena apa lagi?
Sungguh perkara ini telah ditetapkan dalam ilmu kedokteran bahwa lalat memiliki zat yang menjadi sebab timbulnya penyakit bakteri.
Zat ini terdapat di salah satu sayap. Sementara di sayap yang lain terdapat zat yang berfungsi menetralisirnya.
Dengan demikian hadis ini secara sempurna sejalan dengan penemuan ilmu kedokteran.

Apapun itu, yang menjadi kewajiban seseorang tunduk terhadap apa yang terdapat dalam Kitabullah dan hadis shahih Nabi shallallahu’alaihi wasallam serta tidak berusaha melemahkan hadis-hadis yang kuat secara shahih datang dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam lantaran akalnya tidak mampu menjangkau hikmah di balik hadis tersebut.

Sungguh Allah Ta’ala berfirman,

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit“.(QS. Al-Isra': 85)

***
Sumber: Silsilah Fatawa Nur Ala Dar no.75
Wanitasalihah.Com

http://zadgroup.net/bnothemen/upload/ftawamp3/Lw_075_08.mp3
السؤال:

سؤاله الآخر يسأل عن سقوط الذباب في الإناء، يقول: نرجو توضيح مدى صحة الحديث الذي فيما معناه إذا سقط الذباب في طعام أحدكم فليغمسه؛ لأن في أحد جناحيه داء وفي الآخر دواء. أو فيما معناه. ويقول: حيث اعترض بعض الأساتذة على عدم صحة هذا الحديث، نرجو تبين ذلك وفقكم الله.

الجواب:

الشيخ: هذا الحديث رواه البخاري من حديث أبي هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «إذا وقع الذباب في شراب أحدكم فليغمسه، فإن في أحد جناحيه داءً وفي الآخر دواء». وقد زاد أبو داود: «وإنه يتقي بجناحه الذي فيه الداء». وهو حديث صحيح ولا وجه للاعتراض عليه بعد ثبوته في صحيح البخاري، وكون بعض الناس يقصر نظره عن معرفة الحكمة في هذا الحديث لا يدل على أن الحديث لا يصح عن النبي صلى الله عليه وسلم، وهذه قاعدة ينبغي أن يعرفها كل أحد؛ أن الرجل إذا قصر فهمه عن حكمة لحكم شرعي فليتهم نفسه ولا يتهم النصوص الشرعية؛ لأنها من لدن حكيم خبير. وهؤلاء الذين طعنوا في هذا الحديث أوتوا من قلة ورعهم ومن قلة علمهم، وإلا فقد ثبت طباً أن في الذباب مادة تكون سبباً لمرض البكتيريا، وأن هذه المادة تكون في أحد جناحيه، وفي الجناح الآخر مادة أخرى تقاومها. وعلى هذا فيكون الحديث مطابقاً تماماً لما شهد له الطب، وأياً كان فإن الواجب على المرء التسليم بما جاء في كتاب الله وفيما صح عن رسول الله صلى الله عليه وسلم، وألا يحاول توهين الأحاديث الواردة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم بمجرد أن فهمه لم يصل إلى معرفة حكمتها، فإن الله تعالى يقول: ﴿وَيَسْأَلونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلاً﴾.

Antara Pemabuk Khomer Dan Mabuk Kenikmatan

15:38 0
ilmutasawufcom images
Anda Yakin Lebih baik dari Pemabuk? Renungkan Nasihat Syeikh Imam Muhammad Al-Ghazali, ulama kenamaan Mesir berikut.
Suatu hari Aku berkata kepada peminum minuman keras: "Kenapa engkau tidak taubat kepada Allah?". Dia menatapku dengan perasaan yang hancur, berlinang air mata lalu dia berkata: " Syeikh doakanlah Aku".
Aku merenungi keadaan pria itu, dan hatiku luluh karenanya; tangisannya menunjukkan kesadaran atas kelancangannya menerjang larangan Allah, kesedihannya adalah pengakuan atas kecerobohannya, dan dia mempunyai keinginan kuat untuk memperbaiki diri. Dia sungguh-sungguh orang beriman, Aku sangat yakin, namun dia diuji oleh Allah. Dia begitu ingin mendapatkan penjagaan dari Allah ('afiyah), dan ia memohon aku mendekatkannya.
Aku berkata pada diriku, diri ini tak jauh beda dengan pria itu atau boleh jadi Aku lebih buruk. Betul Aku sama sekali belum pernah meminum minuman keras, tapi karena memang lingkungan pergaulanku tidak mengenal minuman keras. Namun Aku seringkali lalai kepada Allah yang ta ubahnya dan sama buruknya dengan meminum minuman keras, karena lalai, Allah hilang dari kesadaran ku. Dan Aku lupa hak-hak Allah. Pria peminum khomer itu menyesali perbuatannya, sedangkan Aku dan orang yang kondisinya sama denganku tak pernah menyesali kekeliruan kami. Kami tertipu oleh angan-angan kami sendiri.
Aku menatap pria peminum yang meminta doa dariku, aku katakan padanya ayo berdoa bersama-sama: " Ya Allah kami sungguh menganiaya diri kami, seandainya Engkau tidak mengampuni kami niscaya kami dalam keadaan merugi".
Aku berpesan pada para da'i yang sering berdakwah atau berceramah berhati-hati lah terhadap orang lain, sungguh-sungguh lah memahami agama karena orang yang dikehendaki buruk maka ia tidak diberi pemahaman yang baik tentang Agama, walaupun dia adalah pendakwah ulung yang ceramah di berbagai penjuru kota.
Imam Muhammad Al-Ghazali ( Ulama Besar dan penulis kenamaan Mesir). Dalam bukunya "Dustur Tsaqafiyah Baina al-muslimin".

Oleh: Habib Muhammad Luthfi bin Yahya

Cara Menghilangkan Egois (KE-AKU-AN)

15:18 0
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
Allah Swt. dalam memberikan fadhail (keutamaan-keutamaan) kepada para nabi, sampai kepada para waliNya dan para ulama shalihin pun berbeda. Sampai kenikmatan apa yang diberikan kepada kita semua hari ini (Jum'at Kliwon) sampai hari kiamat tidak akan ketemu lagi nikmat seperti hari ini, walaupun Jum'at Kliwonnya tidak berubah. Kenikmatan demi kenikmatan walau berganti-ganti waktu semuanya itu tidak akan kita temukan (kenikmatan yang sama) sampai hari kiamat. Karena begitu agungnya fahmat dan fadhal Allah Swt.
Allah Swt. apabila memberikan keistimewaan, seperti contoh yang kecil tapi kita akan mengalami semuanya, diantaranya diberi tawassul; kelak manusia akan menghadapi timbangan (mizan)Nya. Jika kita bertanya secara tauhid, Allah Swt. tidak (mustahil) ta'alluq (bergantung) kepada sesuatu apapun. Memberikan timbangan (mizan) kelak amal seseorang akan ditimbang bukan berarti Allah tidak mengetahui amal-amal yang telah diperbuat oleh manusia. Dan manusia, setiap hamba yang shalih akan mendapatkan suatu imbalan atau pahala. Pahala diberikan kepada hambaNya itu fadhal dari Allah Swt. Kita bisa menjalankan amal yang shalih juga tidak terlepas dari fadhalNya (Allah Swt.).
Dalam dunia tasawuf, sampai akhirat pun maqamatil ananiyah (akuisme/ego) di hadapan Allah Swt., supaya kita tidak mempunyai ananiyah, maka diberi timbangan sendiri oleh Allah Swt. Supaya tau bahwa Allah Swt. Mahamengetahui dan Mahamengerti, tapi hambaNya yang tidak mengerti.
Terkadang kita sendiri lupa kalau sudah merasa setiap malam beribadah lebih untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Kita bisa beribadah malam hari dan lain sebagainya, merupakan thariqah-thariqah (perjalanan) untuk menuju dekat kepada Allah Swt. Tapi terkadang sifat lupa kita ini selalu mengiringi bahwa pendekatan diri kita, dekat kita kepada Allah, itu karena fadhalNya.
Hingga kemudian yang muncul adalah "Aku", merasa mampu bisa begini dan begitu. Keakuan itu tidak diiringi dengan perasaan bahwa semua itu adalah fadhal dari Allah Swt. Padahal kalau kita ngomong dalam bahasa tasawuf atau dalam bahasa filosofi mengatakan, aku, kami, semunya itu tidak abadi. Kalau orang itu sudah mati, aku-nya ke mana? Aku yang abadi punya siapa? La Ilaha illa Ana (Tidak ada dzat yang wajib disembah kecuali Aku (Allah Swt.), yang tidak pernah melentur Aku-nya).
Maha sempurna Allah Swt. Aku-nya Allah Swt. abadi, aku-nya kita hawadits (makhluk), aku-nya kita dha'if (lemah). Kalau sudah demikian mau ngomong apa? Dengan keakuan yang bisa menghilangkan di hadapan Allah Swt., justru di situlah pintu mustajabah dari Allah Swt. Karena membuang sifat akunya bahwa orang itu atau hamba tersebut merasa dirinya faqir (merasa sangat butuh).
Kelak di hari akhir ketika menghadapi timbangan (mizan) Allah Swt., supaya kita membuka mata lebih jauh apa yang kamu perbuat di dunia ini sudah mampu begini dan begitu, agar kita mengetahui keagungan dan qadar Allah Swt. yang diberikan kepada kita dengan muamalah yang kita amalkan. Amal shalih kita ketika di dunia ini untuk menggapai dan mengetahui rahmat Allah Swt., ternyata amal kita setelah ditimbang, kita mengetahui dengan mata kepala sendiri, belum ada apa-apanya dibanding dengan betapa besar rahmat Allah Swt. yang diberikan kepada kita. Bagaikan satu ujung rambut yang paling kecil di tengah lautan, tak ada artinya apa-apa.
Begitupula bagaimana perjuangan-perjuangan para nabi terdahulu. Bagaimana Nabi Nuh As. menghadapi perjuangannya pada waktu itu, yang paling berat ketika berhadapan dengan anaknya sendiri. Ketika berhadapan dengan anak, untuk tarbiyah (didikan) kita semua, mungkin agak pedas dan semoga tidak terjadi. Kita contohkan diri sendiri, terkadang kita bisa mengajar di lingkungan yang didatangi oleh ribuan dan ratusan orang dengan memberikan fatwanya yang luar biasa, dengan keindahan tutur kata, dengan bacaan-bacaan dari para ulama shalihin al-'arifin yang telah dipahami, begitu enaknya saat menasehati (taushiyah), dan lain sebagainya. Tapi Ketika kita berhadapan dengan anak kita sendiri yang kebetulan tidak menaati peraturan orangtuanya, mungkin lebih mudah kita mengajak dengan jumlah yang sekian banyaknya daripada menghadapi anak kita sendiri. Itu cobaan yang paling top, memerlukan kesabaran.
Ketika anak kita nakal takut nama kita jelek, kita perang dengan nafsu diri sendiri dengan faktor anak. Ini tidak sadar dihantui, melekat pada hati diri kita masing-masing. Terkadang kita malu kepada manusia tapi tidak malu kepada Allah Swt. Ini tantangan, gengsi dan sebagainya. Itulah diantaranya yang dihadapi Nabi Nuh As. dengan anaknya. Nabi Nuh mampu melepaskannya dari pengaruh siapa saya, berjuang terus tidak ambil pusing mau dikatakan apapun oleh umatnya. Kita terkadang memberi dan mengambil contoh, tapi terkadang salah untuk menutupi aibnya sendiri lalu mengatakan orang lain, mengambil contoh dari orang lain. Ini anaknya Nabi Nuh As. untuk meningkatkan martabat ayahnya.
Nabi Ulul Azmi hanya 5; Nabi Nuh, Nabi Ibrahim (Khalilullah), Nabi Musa (Kalimullah), Nabi Isa (Ruhullah), dan Nabi Muhammad Saw. (Habibullah). Pembesar Ulul Azmi adalah nabi dan junjungan kita Sayyidina Muhammad Saw.
Apa yang dihadapi Nabi Nuh As. adalah percontohan yang luar biasa. Hebatnya, Yang Maha Kuasa (Allah Swt.) menggunakan kalimat (ayat al-Quran) yang luar biasa.
Tetap menjaga keistimewaan dan kebesaran Nabi Nuh. Dengan apa ayatnya? Tidak dengan mengatakan "Innahu laisa min abnaik" (Dia bukan anakmu), tapi dibawa oleh Allah Swt., "Innahu laisa min ahlik" (Sesungguhnya dia bukan termasuk keluargamu). Betapa halusnya Allah Swt. kepada kekasihNya, begitu hebat akhlak dan adab Yang Maha Kuasa terhadap rasulNya, kepada nabiNya, kepada kekasihNya.
إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ ۖ
"Sesungguhnya dia (mereka) bukan keluargamu (ya Nuh)." (QS. Hud ayat 46).
Menggunakan kata "ahlun" karena bisa berarti keponakan, anak kandung, anak keponakan, santri yang tinggal di rumahnya, anak adopsi juga bisa. (Nabi Nuh) diangkat (derajatnya) oleh Allah Swt. Anak adalah anak, apapun (dan bagaimanapun) anak nabi dan rasul, Nabi dan Rasul adalah bapaknya.
Begitupula apa yang terjadi pada Nabi Muhammad Saw. dalam menghadapi pamannya sendiri, Abu Lahab. Jangan dikira Abu Lahab tidak mengetahui bahwa Rasulullah itu benar. Dia mengakui, jangan dikira tidak. Hanya saja dia tidak percaya atas nubuwah (kenabian) dan risalah yang dibawa Rasulullah Saw.
Sifat Abu Lahab adalah sifat bapak. Betapa Rasulullah Saw. menjaga akhlak dan adabnya menghadapi pamannya yang demikian dengan penuh kesabaran yang luar biasa. Rasulullah Saw. mengerti bahwa taufiq dan hidayah bukan di tangan para nabi, rasul, wali, malaikat dan manusia, mutlak kehendak Allah Swt. Kita melangkah untuk mengajak, untuk berikhtiar, untuk mendapatkan taufiq dan hidayah.
Sebagai ibrah (pelajaran) untuk kita semua, hebatnya Allah Swt. ketika memberikan khabar tidak ada dhamir (kata ganti yang mengarah kepada Nabi Saw.). Karena siapa, karena apa? Karena Allah Swt. menghormati kekasihNya (Nabi Muhammad Saw.). Walaupun Abu Lahab demikian, apapun dia adalah paman Nabi Saw. Maka suratnya yang datang adalah surat al-Lahab, tidak pakai dhamir tapi langsung mukhathab, kasih khabar ayatnya karena ta'dziman (menghormati) kepada Baginda Nabi Muhammad Saw.
Bahkan para ulama besar jika membaca surat Tabbat (al-Lahab) mereka tidak mau membacanya dengan keras. Padahal mereka tahu betul kalau ini adalah wahyu dari Allah Swt., tapi karena ta'dziman. Sejahat-jahatnya Abu Lahab dia adalah pamannya Nabiy Muhammad Saw. Jadi kita membaca surat Tabbat tidak keras karena ta'dziman kepada Baginda Nabi Muhammad Saw. Itu akhlak dan adab yang dimiliki oleh Baginda Nabi Muhammad Saw.
Begitupula bagaimana ketika Rasulullah berhadapan di Thaif sampai giginya patah separo terkena lemparan batu. Padahal kalau mau, Malaikat Jibril As. sudah siap (turun tangan) untuk menimpakan gunung, tinggal menunggu perintah Nabi Saw. Tapi Rasulullah Saw. tidak mempunyai sifat seperti itu. Malah didoakan "Allahummahdi qaumiy fainnahum la ya’lamun" (Ya Allah, berilah hidayah untuk ummatku karena sesungguhnya mereka belum mengetahui).
Sebetulnya kita harus banyak bercermin kepada akhlaknya Baginda Nabi Saw. Di kehidupan sehari-hari kita bercermin kepada Rasulullah Saw. Kita mau begini dan begitu selalu melihat dan mengikuti sunnah-sunnahnya Rasulullah Saw. Wallahu a'lam. (Disarikan dari Pengajian Jum'at Kliwon Kanzus sholawat Pekalongan 07 Oktober 2016.

oleh:Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
*MT Darul Hasyimi/Ibj).